Senin, 18 Januari 2021

Teknik Pembuatan Batik

Dalam membuat batik ada beberapa teknik yang lazim digunakan, di bawah ini beberapa teknik yang dikenal dalam pembuatan batik 1, Tulis Artinya dibuat seperti ditulis ( digambar ), media yang digunakan adalah canting yang diisi malam(lilin) yang cair yang digambarkan/dituliskan di atas kain sesuai pola yang dibuat. Alat canting ini umumnya terbuat dari tembaga dan diberi gagang dari sejenis batang jagung atau tebu ataupun bambu atau kayu.
2. Cap Adalah teknik pembuatan batik dengan menggunakan stempel dari tembaga/kuningan yang diberi malam/lilin cair yang distempelkan pada kain.
3. Ikat Celup atau Jumputan Merupakan teknik kontemporer dalam pembuatan batik, disini peran malam/lilin digantikan oleh tali/tali rafia untuk menahan warna supaya tidak memasuki - pori pori kain. Kain diikat dengan tali terus dicelupkan ke dalam warna, atau diberikan warna dengan cara dikuaskan pada ikatan.Teknik celup ikat sangatlah mudah. Pembuatan motif pada kain dibuat dengan cara mengikat sebagian kain lalu mencelupkannya kedalam cairan pewarna. Dalam tenik celup ikat, kain terkadang dicelupkan ke beberapa warna untuk mendapatkan warna yang bervariasi, sementara corak motif yang didapatkan tergantung pada kreasi ikatan-ikatan yang dibuat. Teknik celup ikat juga dikenal dengan nama jumputan, tritik, sasirangan dan pelangi.
4. Printing atau Sablon Teknik ini menggunakan screen yang telah diberi motif yang telah direncanakan/didesain, lalu disablonkan di atas kain, teknik ini keunggulannya bisa membuat batik dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat, sehingga harga jual batik menjadi lebih murah.Teknik printing adalah teknik yang paling modern karena sudah menggunakan alat cetak yang canggih. Proses pewarnaan pada batik printing ini hanya diwarnai pada satu sisi kain saja, sehingga pada proses produksinya efisien dan cepat. Tidak hanya itu, alat printing yang sangat canggih dan sudah komputerisasi membuat motif bervariasi, sangat detail, rapih, simetris, dan bisa dikatakan sempurna. Teknik printing tidak memiliki aroma khas dikarenakan menggunakan pewarna kimia. Namun demikian, penggunaan pewarna kimia ini memberikan kesempatan pada batik printing untuk memiliki berbagai macam warna yang bisa ditentukan sesuai selera. Kepraktisan produksi dengan teknik printing inilah yang akhirnya membuat harga jual batik pabrikan ini jauh lebih murah dibandingkan harga batik tulis dan batik cap.
5. Colet Teknik colet diperkirakan muncul seiring dengan penggunaan zat pewarna batik dari bahan kimia. Teknik ini akrab disapa dengan teknik lukis. Teknik “colet”, seperti namanya memang dilakukan dengan mengoleskan pewarna kain dengan kuas atau kapas (seperti cotton bud), atau kadang juga dilakukan dengan proses mencanting malam panas yang sudah diberi warna lalu melukiskan motif diatas kain mori. Pola yang dibuat untuk teknik colet biasanya dibentuk oleh coretan malam, fungsinya sebagai pembatas warna, ehingga ketika kuas yang sudah dicelup zat warna disapukan di dalam pola tersebut, warna tidak “meleber” ke bagian lain karena telah dibatasi oleh malam. Di sini, kehati-hatian dan ketekunan dari pembatik sangat dibutuhkan, agar ketika mereka sedang mencoletkan warna, tidak ada warna yang menetes atau keluar dari pola yang sedang diwarnai. Pada teknik colet pembatik tidak hanya sekedar membatik namun merangkap seniman lukis. Karenanya pembuatan batik dengan teknik colet tentu membutuhkan jiwa seni yang tinggi karena untuk membuat motif dengan teknik colet pembatik harus jeli dan memiliki imajinasi warnanya yang baik. Karena semakin bagus motif akan semakin tinggi pula harganya.

Selasa, 04 Agustus 2020

Cetak Stensil

Siapa bilang seni grafis itu mahal, ada seni grafis yang murah meriah dengan bahan dan alat yang banyak di sekitar kita. Yaitu Stensil Art atau cetak stensil. Hanya berbekal bahan : Kertas, Klise cetak tembus (dibuat dari kertas yang agak tebal ), Cat Kayu/cat besi, dan Bedak Talk. Adapun alat juga sederhana, yaitu : Pemotong / cutter, Landasan Pemotong, Tatakan cat ( dari tutup kaleng biskuit), Spoon / busa, Karet gelang, Minyak tanah kalo tidak ada dapat menggunakan afdunner ( untuk pembersih ), Sarung tangan ( dapat menggunakan plastik ). Teknik Mendesain dan Membuat Klise, buat rancangan gambar di atas kertas dengan pensil. Jadikan menjadi skets yang siap dilubangi. Lubangi gambar sesuai konsep yang rancangan yang dibuat. Langkah-langkah pembuatannya : siapkan media dan alat yang digunakan, campurkan bedak talk dengan cat sehingga mendapatkan kepekatan yang diinginkan. Buat alat untuk menutulkan cat dari spoon ( busa ) yang diikat dengan karet gelang. Siapkan klise dan kertas yang akan di cetak. Letakkan klise di atas kaos yang akan di cetak. Kaos di dalamnya di beri kardus bekas agar cat tidak tembus ke bagian belakang kaos. Setelah itu tutulkan cat pada bagian yang berlubang pada klise sehingga membentuk gambar yang diinginkan. Angkat klise dan jemur hasil cetakkan. Bersihkan tangan dan tempat kerja.

Rabu, 13 Desember 2017

BATIK

1. Pengertian Batik Batik adalah gambar pola ragam hias atau lukisan ekspresif pada kain yang dibuat dari bahan lilin (malam) dan pewarna (naphtol), menggunakan canting, dengan teknik rekalatar. Jadi, membatik adalah kegiatan mewarnai kain dengan membuat motif tertentu dan diproses melalui pelilinan dengan alat yang disebut canting. Ada beberapa jenis batik berdasarkan teknik pembuatannya, yakni : a. Batik tulis Batik tulis dibuat dengan cara manual artinya seseorang menuliskan atau melukiskan cairan malam pada kain sesuai dengan motif yang diinginkan dengan tangan satu persatu. b. Batik cetak Batik cetak dibuat dengan teknik cetak. Alat cetak/ stempel ini digunakan sebagai pengganti canting. Batik stempel juga dikenal dengan batik cap. c. Batik Jumputan Batik jumputan dibuat dengan teknik celup ikat. Batik celup ikat perintangnya adalah tali, karet gelang atau rafia sebagai pengikat. Setelah mengikat kain dengan pengikat tertentu misal karet gelang kemudian dicelupkan ke pewarna. d. Batik Prada Batik prada adalah jenis kain batik yang dilapisi dengan warna emas. Batik prada sangat berkembang di Palembang, Jawa Tengah, dan Bali. Kain prada biasanya dipakai untuk bahan kostum tari dan pakaian adat tradisional. 2. Motif Batik Ragam hias/motif batik adalah susunan pola hias yang menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang atau ruang, sehingga menghasilkan suatu bentuk yang indah.. Ragam hias batik dapat dibedakan menjadi tiga motif, yakni : a. Motif geomitris berupa tumpal, gandi, meander, swastika, dan kawung. b. Motif nongeometris berupa manusia, binatang, dan tumbuhan. c. Motif benda mati berupa awan, air, angin, api, gunung, matahari, dan batu. Di Pulau Jawa motif batik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yakni : a. Motif batik keraton Batik keraton adalah batik yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat keraton, khususnya keraton di Jawa Tengah. Ragam hias batik keraton dibuat atas dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual dan pemurnian diri. Batik keraton cenderung bernuansa tertib, namun sarat dengan nilai dan makna spiritual, serta perlambang alam semesta. b. Motif batik pesisiran Batik pesisiran adalah kain-kain batik yang yang berasal dari luar benteng keraton. Batik pesisiran berkembang alami menurut kreativitas seniman di suatu daerah. Bentuk gambarnya lebih bersifat naturalis. Warna-warna yang dipakai adalah biru, merah, kuning, dan cokelat. Batik pesisiran yang terkenal adalah batik dari Tuban, Gresik, Madura, Sidoarjo, Lasem, dan Cirebon. 3. Bahan dan Alat Batik a. Bahan Batik Bahan-bahan yang diperlukan untuk membatik yaitu: (1) Mori. (2) Malam. dan (3) Napthol. Napthol adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Warna yang sering digunakan dalam membatik adalah biru, cokelat, merah, kuning, dan hitam. b. Alat Batik Alat-alat untuk membatik terdiri dari : (1) Gawangan, (2) Canting, (3) Wajan, (4) kompor minyak/ gas, (5) Kipas angin dan alat pewarna 4. Pola Rancang Batik Desain batik yang kita buat adalah berdasarkan ragam hias Nusantara, yaitu menggambarkan manusia, tumbuhan, hewan, dan lingkungan alam sekitar kita. Pada bagian ini kita akan belajar menggambar desain batik konstruktif dan desain batik nonkonstruktif. Pada batik konstruktif, unsur garis sangat menonjol, misalnya : motif batik parang rusak dan motif kawung. Sementara batik nonkonstruktif cenderung bermotif dekoratif, irama garis, komposisi, dan pewarnaan, misalnya : motif batik sido mukti dan motif lung-lungan. 5. Membuat Batik a. Tahap perancangan Berikut ini adalah langkah-langkah membuat batik tulis. 1) Corak Siapkanlah pola ragam hias dari corak tekstil Nusantara, kemudian salinlah pola tersebut di atas kertas. Tentukan pula warna yang akan dipakai untuk mewarnai corak tersebut. 2) Bahan dan alat Tentukan pula bahan dan alat yang diperlukan. Bahan dasar tekstil harus sesuai dengan teknik yang akan digunakan. Untuk teknik pencelupan dingin diperlukan kain yang terbuat dari serat alam seperti katun, rayon, atau sutra. Pencelupan dingin menggunakan pewarna sintetis sepertti napthol, rapid, dan indigosol. Sebagai bahan perintang digunakan malam atau parafin. Alat utama yang diperlukan untuk teknik batik tulis adalah canting atau kuas. Selain itu, perlu disiapkan wajan dan kompor untuk mencairkan malam. b. Tahap Pembatikan Sebelum pola batik diterapkan, kain yang akan dibatik dicuci terlebih dahulu dengan sabun. Tujuannya untuk melepaskan zat kimia yang menempel pada kain, sehingga kain dapat menyerap warna dengan baik. Kemudian disiapkan kompor dan wajan yang berisi malam. Kain yang akan dibatik harus kering dan permukannya licin. Untuk mempermudah membatik, kain tersebut digantung pada gawangan. 1. Membuat pola pada bahan dan desain. Hal ini diambil dengan menggunakan pensil. 2. Menggambar / melukis pola dengan menggunakan malam /lilin dan canting - pencedok kecil yang digunakan untuk menerapkan lilin dalam proses-batik itu dibuat dengan mengikuti pola yang diambil dengan pensil pada kedua sisi- kembali ke-belakang. 3. "Nyolet" adalah lukisan dengan kuas kanvas atau untuk kebutuhan tertentu warna di area pola gambar. Hal ini dilakukan dengan mengikuti pola yang diambil oleh pensil. 4. Menutup bagian motif gambar dengan malam. Hal tersebut untuk menghindari pencampuran warna untuk mewarnai berikutnya / ngerek. 5. Memberi warna pada bahan yang tidak tercakup oleh malam / lilin. Hal ini dilakukan dengan penyelaman warna menggunakan warna tertentu/ ngerek.Setelah penyelaman warna kering di bawah sinar matahari tak langsung, dan biarkan kering. Kemudian, ulangi proses sebelumnya. 6. "Nglorod" yaitu menghilangkan malam /lilin dari bahan pada wadah dengan air panas, perebusan dalam suhu yang tinggi. Lebih detailnya lagi begini : 1. KETEL Proses ketel adalah tahap awal dari pembuatan kain batik. Secara garis besar, proses ketel adalah perebusan kain dengan menggunakan bahan-bahan alami dan kurang-lebih memakan waktu 7 hari. Setelah kain di ketel, kain dibersihkan dan dikeringkan kemudian diberi motif dengan menggunakan pensil. 2. NYORET Nyoret adalah menggambar pola pada kain dengan pensil. Biasanya pada corak tertentu seperti Geometris dan cerita, membutuhkan proses nyoret ini…Biasanya hasil nyoret ini yang digunakan sebagai bahan dalam pelajaran membatik bagi wisatawan yang datang ke pengrajin atau museum batik. 3. NGLOWONG Proses ini sangat dikenal oleh orang yang melihat proses batik. Dan biasanya ini yang diperagakan oleh para wisatawan dalam pelajaran membuat batik…Prinsipnya nglowong berarti Tahap pertama pelekatan malam ( Lilin dengan cap atau canting ) . Nglowong paa satu sisi kain disebut dengan ” ngengreng “ 4. NEMBOK Merupakan pengimbuhan malam tahap kedua untuk membuat warna -warna yang tertutup menjadi tegas setelah pencelupan tahap berikutnya. Lilin ( malam ) untuk nembok biasanya lebih liat dan kuat melekat pada kain 5. MEDEL Merupakan pencelupan pertama pada kain batik. Pada pembuatan batik klasik, biasanya menggunakan warna biru tua. Sementara pada batik modern bisa menggunakan warna apapun karena tidak ada pakem / aturan tradisi 6. NGEROK / NGLOROD Ngerok adalah Merontokkan malam / lilin dengan menggunakan pisau tumpul, sikat atau alat kerik lainnya…Sedangkan jika dengan merebus kain seperti gambar di lampiran , prosesnya disebut nglorod 7. MBIRONI Mbironi adalah pelekatan malam tahap ketiga untuk mempertegas pola. Mbironi hanya menutup bagian – bagian tertentu yang diharapkan tetap berwarna gelap 8. NYOLET Merupakan pembubuhan warna dengan kuas pada bagian – bagian kain yang sudah digambari dengan pola malam. Tujuannya memberi efek warna warni pada kain atau untuk menonjolkan motif – motif tertentu..proses ini kuat pada batik pesisiran (akan dibahas pada bab berikutnya )…Tunggu saja 9. NYOGA Proses terakhir dalam pembuatan batik adalah nyoga. Yaitu pencelupan tahap kedua…setelah proses ini dirasa cukup, dilanjutkan dengan pengeringan… Setelah bersih dari malam / lilin, biarkan kering dan kembali ke proses sebelumnya meliputi menggunakan /malam lilin untuk menahan pertama dan kedua warna buka tutup dan proses dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan jumlah warna dan kompleksitas desain. Agar warna tidak mudah luntur dilakukan proses penguat warna. Caranya adalah dengan merendam kain ke dalam larutan soda abu dan sodium sulfat yang dicampur dengan air. Proses terakhir adalah membersihkan bahan menggunakan air bersih, dan jemur selanjutnya diseterika sebelum memakai. sumber : Buku BKS Seni Budaya SMP Kab. Temanggung Kls VIII lianrohima.wordpress.com/2012/07/12/the-forbidden-designs-in-batik-yogyakarta/

Rabu, 27 Januari 2016

Komputer dan Seni Rupa

Banyak manfaat yang telah diberikan oleh komputer dalamm hal Seni Gambar atau picture atau image. Manusia banyak di bantu dalam berbagai hal yang meliputi proses membuat gambar (Creating image), Mengubah gambar (image Processing), Menyajikan Gambar (image Presenting). Gambar yang diproses secara komputerisasi diatas dapat berupa gambar apa saja dalam berbagai bentuk dari 2 dimensi hingga 3 dimensi. Dalam menggambar dengan sistem komputer, gambar dibedakan datarn beberapa format yaitu: 􀂃 Web Pages (HTML) supports two types of image files 􀂃 GIF - Graphics Interchange Format yaitu format untuk gambar yang dibentuk oteh berbagai garis dan hanya menggunakan beberapa warna. 􀂃 JPEG (JPG) - Joint Photographic Experts Group yaitu format untuk gambar yang dibentuk oleh banyak warna dan spectrum sepeti foto. Format gambar di tentukan oleh jurntah warna yang membentuknya. Berikut adalah klasifikasi gambar berdasarkan warna yang membentuknya. * 16 colors (GIF) * 256 colors (GIF or JPG) * 16 million (JPG) Foto (dalam format JPEG) yang diproses, memitiki berbagai format yaitu: BMP - bitmap TIF - Tagged Image Fite Format PCX - Zsoft Paintbrush WMF - Windows MetaFile etc., etc., etc CREATING IMAGE Menciptakan gambar dengan komputer adalah menggarnbar dengan basis titik, garis dan bangun. Hingga Saat ini telah banyak software dan hardware yang diciptakan untuk membuat gambar. Diantaranya adalah: - Paint Et Draw Programs Paint - Microsoft Paint - L view Pro - Paint Shop Pro - Core[ Photo-Paint Draw - PowerPoint - Core[ Draw Biasanya, software - software tersebut bukan hanya untuk proses creating tetapi juga sekaligus untuk editing atau image processing. Tentunya banyak keuntungan yang didapat dengan menggambar menggunakan komputer. Misalnya : 1. Tidak dibutuhkan ruang yang besar untuk meja gambar 2. Tidak menimbulkan sampah kertas karena kesalahan dapat di perbaiki di layar komputer. 3. Dapat diciptakan gambar yang sangat sulit di buat manusia. Dalam proses ini manusia sebagai Brainware diharapkan memiliki kernampuan untuk operasional misainya: Resizing an image, Cropping an image, Capturing an image, Adding text, Using Paint/Draw functions,dan Applying Filters Komputer dan Arsitektur Kernudahan menggambar dengan teknik komputer juga dirasakan pada bidang arsitektur. Kini desain bangunan dapat di buat dalam perspective 3 dimensi bahkan berbentuk animasi. Selain itu design yang dibuat pun tampak sangat nyata. Pada umumnya design yang dibuat dengan komputer sangat mirip dengan bangunan yang telah terealisasi. Software yang digunakan misalnya ArchiCAD dan Paralelo Selain itu hal yang paling menakjubkan adalah, dengan komputer keindahan dan kecanggihan tekbologi berpadu. Dengan software tertentu seorang arsitek dapat membuat design bahkan blueprint yang indah dan sekaligus disertai dengandetail perhitungan konstruksi. Hal ini sangat membantu para awam untuk memahami design yang dibuat. Dari segi ekonomi pun, rancangan anggaran dapat dirancang secara lebih efisien. Kini telah hadir pula design perspektif 4dimensi yang di sajikan dalam bentuk animasi. Hal ini akan sangat meningkatkan efisiensi jika dibandingkan dengan membuat maket. Image Processing Setelah menciptakan gambar , komputer juga memiliki kemampuan untuk memproses gambar yang telah dibuat. Proses ditakukan dengan berbagai tujuan namun tujuan utamanya adalah mencapai keindahan yang mernuaskan. Gambar atau image yang diproses dapat berupa gambar yang dihasilkan dengan komputer maupun sumber lain seperti: - Clip Art files, Web Pages - Scanning - Prints, negatives, 35mm slides - Digital Cameras - Draw an image from scratch Contoh Software yang digunakan untuk kepentingan ini misalnya: Paint (Untuk proses pewarnaan) Microsoft Paint Lview Pro Paint Shop Pro Core[ Photo-Paint Draw (Untuk Proses menggambar) PowerPoint Core( Draw ACDsee Dalam proses image processing, image yang di ciptakan dengan komputer lebih mudah diciptakan karena hanya dibentuk oleh titik dan garis berskala. Berbeda dengan image berupa foto, sulit dan rumit diproses karena dibentuk oleh pixel. PRESENTING AN IMAGE Setelah diciptakan , hasil karya seni yang telah dibuat kemudian akan disajikan dalam berbagai wujud. Untuk itu dibutuhkan berbagai hardware untuk merealisasikan karya seni ini. Printer adalah contoh yang sangat sederhana. Perkembangan printer terus mengalami kemajuan. Salah satunya adalah large scale printer Yang biasanya digunakan untuk mencetak image datam skala besar.

Selasa, 24 Februari 2015

Basuki Abdullah Msestro Lukis Indonesia 1

Basoeki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 – meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun) adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia. Masa muda Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya Abdullah Suryosubro yang juga seorang pelukis dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak umur 4 tahun Basoeki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti. Pendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Berkat bantuan Pastur Koch SJ, Basoeki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA). Aktivitas Lukisan "Kakak dan Adik" karya Basoeki Abdullah (1978). Kini disimpan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pada masa Pemerintahan Jepang, Basoeki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra ini Basoeki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selain organisasi Poetra, Basoeki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basoeki Resobawo. Di masa revolusi Bosoeki Abdullah tidak berada di tanah air yang sampai sekarang belum jelas apa yang melatarbelakangi hal tersebut. Jelasnya pada tanggal 6 September 1948 bertempat di New York Amsterdam sewaktu penobatan Ratu Yuliana dimana diadakan sayembara melukis, Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan berhasil keluar sebagai pemenang. Lukisan "Balinese Beauty" karya Basoeki Abdullah yang terjual di tempat pelelangan Christie's di Singapura pada tahun 1996. Sejak itu pula dunia mulai mengenal Basoeki Abdullah, putera Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia. Selama di negeri Belanda Basoeki Abdullah sering kali berkeliling Eropa dan berkesempatan pula memperdalam seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Perancis dimana banyak bermukim para pelukis dengan reputasi dunia. Basoeki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang ulung, diapun melukis pemandangan alam, fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan dan sebagainya. Basoeki Abdullah banyak mengadakan pameran tunggal baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain karyanya pernah dipamerkan di Bangkok (Thailand), Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya lukisan Basoeki Abdullah. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri diantaranya beberapa tahun menetap di Thailand dan diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka dan sejak tahun 1974 Basoeki Abdullah menetap di Jakarta. Kehidupan Pribadi Basoeki Abdullah selain seorang pelukis juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang sebagai Rahwana atau Hanoman. Ia tidak hanya menguasai soal kewayangan, budaya Jawa di mana ia berasal tetapi juga menggemari komposisi-kompasisi Franz Schubert, Beethoven dan Paganini, dengan demikian wawasannya sebagai seniman luas dan tidak Jawasentris. Basoeki Abdullah menikah empat kali. Istri pertamanya Yoshepin (orang Belanda) tetapi kemudian berpisah, mempunyai anak bernama Saraswati. Kemudian menikah lagi dengan Maya Michel (berpisah) dan So Mwang Noi (bepisah pula). Terakhir menikah dengan Nataya Narerat sampai akhir hayatnya dan mempunyai anak Cicilia Sidhawati Basoeki Abdullah tewas dibunuh perampok di rumah kediamannya pada tanggal 5 November 1993. Jenasahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jumat, 20 Februari 2015

Sejarah Batik Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur. Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli. Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya. Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan. Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825. Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta. Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu. Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis. Jaman Penyebaran Islam Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan. Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo. Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia. Batik Solo dan Yogyakarta Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton. Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu. Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik. Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon. Perkembangan Batik di Kota-kota lain Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning. Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik. . Sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX. Perkembangan pembatikan didaerah-daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo. Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian. Corak batik di daerah baru ini disesuaikan pula dengan keadaan daerah sekitarnya. Pekalongan khususnya dilihat dari proses dan designya banyak dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad ke-XX proses pembatikan yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya buatan dalam negeri dan juga sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembikinan batik cap dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris. Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekajangan ialah pertenunan yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen dan pernah buruh-buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto lari ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula. Sedang pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke-XIX dan bahwa yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan: pace/mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu setelah dikenal nila pabrik, dan kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang-pendatang lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah. Pada awal abad ke-XX sudah dikenal mori import dan obat-obat import baru dikenal sesudah perang dunia kesatu. Pengusaha-pengusaha batik di Tegal kebanyakan lemah dalam permodalan dan bahan baku didapat dari Pekalongan dan dengan kredit dan batiknya dijual pada Cina yang memberikan kredit bahan baku tersebut. Waktu krisis ekonomi pembatik-pembatik Tegal ikut lesu dan baru giat kembali sekitar tahun 1934 sampai permulaan perang dunia kedua. Waktu Jepang masuk kegiatan pembatikan mati lagi. Demikian pila sejarah pembatikan di Purworejo bersamaan adanya dengan pembatikan di Kebumen yaitu berasal dari Yogyakarta sekitar abad ke-XI. Pekembangan kerajinan batik di Purworejo dibandingkan dengan di Kebumen lebih cepat di Kebumen. Produksinya sama pula dengan Yogya dan daerah Banyumas lainnya. Sedangkan di daerah Bayat, Kecamatan Tembayat Kebumen-Klaten yang letaknya lebih kurang 21 Km sebelah Timur kota Klaten. Daerah Bayat ini adalah desa yang terletak dikaki gunung tetapi tanahnya gersang dan minus. Daerah ini termasuk lingkungan Karesidenan Surakarta dan Kabupaten Klaten dan riwayat pembatikan disini sudah pasti erat hubungannya dengan sejarah kerajaan kraton Surakarta masa dahulu. Desa Bayat ini sekarang ada pertilasan yang dapat dikunjungi oleh penduduknya dalam waktu-waktu tertentu yaitu “makam Sunan Bayat” di atas gunung Jabarkat. Jadi pembatikan didesa Bayat ini sudah ada sejak zaman kerjaan dahulu. Pengusaha-pengusaha batik di Bayat tadinya kebanyakan dari kerajinan dan buruh batik di Solo. Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam antara lain yang dikenal ialah: PenghuluNusjaf. Beliau inilah yang mengembangkan batik di Kebumen dan tempat pertama menetap ialah sebelah Timur Kali Lukolo sekarang dan juga ada peninggalan masjid atas usaha beliau. Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas/Solo. Sekitar awal abad ke-XX untuk membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Motif-motif Kebumen ialah: pohon-pohon, burung-burungan. Bahan-bahan lainnya yang dipergunakan ialah pohon pace, kemudu dan nila tom. Pemakaian obat-obat import di Kebumen dikenal sekitar tahun 1920 yang diperkenalkan oleh pegawai Bank Rakyat Indonesia yang akhimya meninggalkan bahan-bahan bikinan sendiri, karena menghemat waktu. Pemakaian cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Daerah pembatikan di Kebumen ialah didesa: Watugarut, Tanurekso yang banyak dan ada beberapa desa lainnya. Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Wurug terkenal dengan batik kerajinannya, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota. Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, Indihiang yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya. Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaintannya dengan kerajaan yang ada di aerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan Keprabonan. Sumber utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di Yogyakarta dan Solo. Batik muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang dengan lukisan-lukisan dan sebelum dikenal benang katun, lukisan itu ditempatkan pada daun lontar. Hal itu terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada kaitannya dengan corak-corak batik di atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo. Sumber : [Dikutip dari buku 20 Tahun GKBI]

Selasa, 12 November 2013

Gambar Bentuk

1. Menggambar Bentuk. Menggambar Bentuk adalah memindahkan objek/benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya yang ada. Menggambar bentuk adalah memindahkan objek/benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya yang ada. Menurut Dr. Cut Kamaril WS. Menggambar Bentuk merupakan usaha mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/gagasan, perasaan dalam wujud dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Hasil gambarnya menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar. Dalam menggambar bentuk dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi atau ukuran perbandingan dan ketepatan barik/tekstur yang menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut. Bagi orang yang pandai menggambar dapat menggambar langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis pertolongan untuk membagi-bagi bentuk benda dalam ukuran perbandingan tertentu supaya gambarnya tepat. Hakikat Menggambar Menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu. Kata menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya. Pemindahan ini dalam pengertian pemindahan bentuk atau rupa dengan memperkecil atau memperbesar ukuran keseluruhan yang untuk kepentingan tertentu dapat juga mempergunakan skala perbandingan (perbandingan ukuran) secara akurat. Jenis-jenis pensil/potlot untuk menggambar Menggambar dimulai dengan memilih jenis kertas yang cocok, disesuaikan dengan media pensil/potlot. Potlot adalah alat yang lembut, tidak banyak memeberikan kedalaman, tingkat kekerasannya bermacam-macam; untuk permulaan gunakanlah potlot yang sedang lunaknya. (Untuk merampungkan gambar kelak hendaknya selalu digunkan potlot yang paling bermutu sejauh yang dapat diperoleh). Kekuatan garis bergantung pada kertas yang dipergunakan. Makin kasap kertas yang digunakan, makin gelap goresan potlot yang diperoleh. Sebaliknya makin licin kertas, makin abu-abu goresan itu. Kertas harus cukup kasap agar diperoleh garis potlot yang baik dan cukup keras sehingga tidak bercalar oleh potlot. Banyak sekali macam dan jenis potlot/pensil sesuai dengan penggunaannya, antara lain: a. Pensil Biasa: Pensil biasa dengan batang kayu relatif murah, dapat dipakai untuk membuat berbagai macam goresan, dan dapat digunakan untuk menutup bidang gambar dan membuat bayangan. Walaupun pensil biasa sudah cukup cocok untuk dipergunakan menggambar, namun dalam pengunaannya harus diperhatikan mutu dan jenis pensilnya. b. Pensil Keras (dengan istilah pensil Hard/H) Pensil jenis ini memiliki tingkat dan kwalitas kekerasan mulai dari 9 H (sangat keras) kemudian F. Pensil jenis ini biasanya banyak dipakai untuk menggambar mistar, karena jenisnya yang keras tersebut. Semakin keras tingkatan isi pensil, semakin dapat digunakan untuk menghasilkan garis-garis yang padat, halus dan tipis. c. Pensil sedang (dengan istilah pensil medium hard/HB). Pensil ini dipakai untuk membuat desain/ sket/ gambar rencana, baik untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame. d. Pensil Lunak (dengan istilah pensil Soft/B) Isi pensil yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan nada gelap terang. Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B merupakan jenis pensil yang banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak dipakai untuk menggambar potret, benda atau pemandangan alam dalam warna hitam putih. e. Konte, berwarna hitam arang dan berbeda dengan pensil biasa karena mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan pula menjadi: 1) Hard/H/keras. 2) Medium/HB/sedang 3) Soft/B/Lunak, dipakai untuk menggambar potret, pemandangan alam dan benda. f. Pensil berwarna. Pensil ini mengandung lilin dan tersedia dalam 12 macam warna. (untuk kategori pensil warna bukan merupakan bahasan dalam penelitian ini). g. Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar dengan pensil/potlot antara lain: 1) Teknik Stippel. Yaitu menggambar dengan titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang. 2) Teknik Dussel, atau disebut dengan teknik gosok. Yaitu menggambar dengan cara menggosok-gosokkan tangan atau kertas yang sudah diberi/dibubuhi dengan pensil. (Teknik ini tidak diperkenankan untuk digunakan dalam dunia pendidikan, akan tetapi kenyataan di lapangan para pelukis wajah/potret sering menggunakannya). 3) Teknik Arsir, Untuk menyampaikan kesan bentuk tiga dimensi yang tidak dapat terwakili hanya dengan garis kontur saja. Garis-garis arsir mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak berdekatan atau rapat Jenis-Jenis Arsir antara lain: a) Arsir Biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu pada serangkaian garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang digambar. b) Arsir Silang, ialah arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis arsir untuk mendapatkan kepadatan yang lebih tinggi dan menghasilkan nada gelap terang. c) Teknik Scribbling, adalah suatu jenis arsiran jaringan yang terdiri dari garis-garis berbagai arah yang dibuat secara acak, sehingga tekstur visualnya akan bervariasi dengan teknik garis yang digunakan. Dengan pengetahuan yang mantap mengenai sifat bahan dan fungsi alat, seniman dapat mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang bersifat teknis. Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan, ide dan teknik yang tidak terpisah-pisahkan. Dorongan menggambar timbul pada umumnya karena adanya gagasan dalam pikiran untuk menyatakannya dengan bentuk visual. Alat terakhir untuk pengoreksian gambar adalah penghapus, untuk menghilangkan bagian gambar yang tidak berhasil. Penghapus potlot yang biasa sudah cukup, sepanjang bersifat lentur, lunak dan bersih. Kertas juga merupakan salah satu media ekspresi yang menentukan dalam menggambar bentuk. Ada kertas yang licin dan ada pula yang kasap, ada kertas bersadur dan kertas serap, kertas yang tebal dan yang tipis. Ada tiga jenis kertas yang dapat digunakan:
a. Kertas murah yang dapat digunakan dengan bebas. Barangkali kertas stensil atau kertas koran (yang dipakai untuk surat kabar, dapat diperoleh dalam ukuran kwarto dibungkus per rim). b. Kertas Lakar ukuran saku (berbentuk buku ukuran saku) c. Kertas gambar yang baik dengan tebal yang bermacam-macam, dalam lembaran, gulungan, atau bentuk buku. Kertas gambar biasanya berwarna putih mengkilap, tetapi ada juga yang berwarna putih kusam atau berwarna putih-India.